Distro atau distribution store pada awal sejarah di dirikannya ( sekitar tahun 1994 oleh anak-anak muda di Bandung ) adalah sebagai tempat untuk menjual barang2 merchandise, pernak-pernik atau kaset album bagi band-band indie, selain juga komunitas pecinta extreme sport seperti skateboard, BMX atau surfing.
Di kota – kota besar , anak-anak muda sekarang ini begitu gandrung dengan produk-produk distro. Keunggulan dari produk distro selain unik, creative, up to date, limited ( jadi exclusive ) juga “gue banget” yang mungkin tidak akan mereka dapatkan di toko atau di gerai2 seperti Matahari Ramayana, Sogo dll .
Coba bayangkan, berapa banyak komunitas anak muda yang punya ciri khas sendiri-sendiri sesuai kelompoknya. Mereka ini biasanya membuat aneka aksesoris dan pernak-pernik mulai dari kaos, dompet, syal, stiker, gantungan kunci dalam jumlah yang terbatas. Makin eksklusif sebuah kelompok, mereka makin membutuhkan pernak-pernik yang menjadi penanda identitas mereka. Sebab, identitas tertentu yang melekat pada kekhasan aneka pernik yang serba diproduksi terbatas itu menjadi nilai tersendiri yang membanggakan.
Jelas sekali pada saat ini, distro telah menjadi semacam industri yang sudah di perhitungkan dalam kancah perekonomian nasional, di saat industri garment tanah air meriang di banjiri oleh produk import dari China .
Ini merupakan peluang pasar bagi Anda untuk mulai membuka usaha distro.
Kenapa memilih usaha distro,
- Bisnis baju distro terbukti sebagai salah satu solusi menangkal krisis ekonomi
- Bisnis baju distro tidak memerlukan modal yang besar
- Peluang pasar bisnis baju distro masih besar
Tahu Jeletot
Bagi
penggemar gorengan, tentu tak asing lagi dengan tahu jeletot. Ya, tahu
jeletot adalah tahu goreng yang berisi irisan kol dan wortel. Terkadang
ada juga yang menambahkan bihun, tauge dan daun bawang di dalamnya.
Nah,
berbeda dengan tahu isi biasa, di Depok ada Tahu Jeletot Taisi alias
super pedas yang saat ini sedang digemari. Tahu pedas ini juga berisi
kol dan wortel. Namun istimewanya, ada rasa gurih dan sangat pedas di
dalamnya karena ditambahkan cabai yang digiling kasar. Tepung untuk
membalut tahunya pun terasa pedas karena diberi cabai.
Tak
sulit mendapatkan tahu ini. Jika kebetulan sedang melewati jalan raya
Sawangan, Depok, pasti akan bertemu para penjual tahu pedas ini.
Owner Tahu Jeletot
Menurut Rudi (33)
nama samaran, penjual tahu pedas di Indomaret Bukit Rivaria, sudah
hampir setahun ia menjual makanan ringan ini. Awalnya, ia menjualnya di
kawasan Perumnas Depok I yaitu di jalan Pipit Raya. Jualannya laku
keras, bahkan dalam sehari bisa ludes hingga 400 pcs tahu.
Berawal
sebagai Sales Manager di salah satu Bank Asing terkenal, Rudi lalu
berubah haluan yaitu menjadi penjual tahu pedas. Pasalnya, Depok adalah
pusat jajanan di Jabodetabek. Semua ada di sini, jadi kenapa saya
enggak jual makanan saja? Kebetulan saya sudah menjalankan usaha kuliner
juga yang saya beli secara franchise dari daerah Jawa Tengah, papar
Rudi yang membeli franchise itu seharga Rp 30 juta.
Resep
yang ia gunakan rasanya memang gurih dan mantap. Itu ia dapatkan
setelah uji coba selama 1 bulan di rumah dgn menjual ke teman-teman dan
sesuai pesanan dan 1 bulan lagi proses penyempurnaan pada saat penjualan
di kios pada bulan pertama, barulah ia mendapatkan resep yang pas dan
cocok di lidah para pelanggannya.
Sampai
sekarang resep rahasia ini adalah salah satu kunci utama kesuksesan
usaha ini, ujar Rudi yang kini sudah membuka cabang di 5 tempat dan 7
mitra karena pembelinya kian berjubel.
Rudi
berjualan tahu pada jam 12.00 – 21.00. Saya bikin bumbunya pagi hari,
jadi baru bisa berjualan siang hari. Tahu ini juga hanya bertahan 1 hari
karena saya sama sekali tidak memakai bahan pengawet. Tahu yang dipakai
Rudi adalah tahu khusus yang ia buat di pabrik tahu yang terkenal enak
di Depok, dan tahu ini tidak dijual di pasaran, dia memproduksi tahu
hanya sesuai pesanan.
Di
dalamnya saya isi irisan kol dan wortel, dan bumbu cabai rawit merah.
Tahu yang sudah diisi, saya masukkan ke adonan tepung terigu yang sudah
diberi bumbu juga. Jadi, rasanya benar-benar gurih dan super pedas,
tutur Rudi yang menamakan gorengan tahunya yaitu “Tahu Jeletot Taisi”.
@ Outlet Tahu Jeletot Taisi (selalu ramai dan antre)
Saking lakunya, Rudi pun mulai membuka sistem waralaba, yang kini sudah ada 12 cabang. Dengan nilai investasi Rp. 10 juta, pembeli waralaba Tahu Jeletot Taisi sudah dapat booth berupa gerobak aluminium, bahan baku dan perabotan lengkap (siap jualan). Pewaralaba bisa balik modal kurang lebih 2-3 bulan, papar Rudi yang kini sudah memiliki karyawan 20 orang.
Menurut
Rudi, jika ingin berbisnis, harus selalu inovatif dan kuat mental serta
mempunyai semangat baja dan pantang menyerah. Banyak yang
minta franchise di luar kota, tetapi saya belum berani karena kendala di
bahan baku. Saya juga tidak mau mengurangi kualitas rasa, demi
keuntungan sesaat, meski harga cabai terus naik, kata Rudi yang bisa
meraup untung Rp. 20 juta per bulan.
Banyaknya
cabang tak membuat Rudi kesulitan melakukan pengawasan, tinggal
menghitung berapa jumlah tahu yang laku. Jadi saya enggak akan bisa
dibohongi, tandas Rudi, untuk meyakinkan para mitranya dan calon mitra
yang akan bergabung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar